Ath Thalaq (65):2-5
2. Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
3. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
4. Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
5. Itulah perintah Allah yang diturunkan-Nya kepada kamu, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.
Pada bulan ramadhan inilah kita punya kesempatan besar untuk berusaha memenuhi prasyarat taqwa, sebagaimana ayat 2:183 la’allakum tattaquun. La’alla, suatu perkataan yang mengandung probabilitas (atau posibilitas) sangat besar. Hampir pasti terjadi jika kita menjalankan puasa secara normal. Normal dalam hal ini tentu saja ukurannya Rosul, bukan normalnya orang gak normal. Kita masih ingat dengan perkataan nabi : Man shooma romadhoona imaanan wahtisaaban ghufiro lahu maa taqoddama min dzanbihi. (Au kama qoola). Barang siapa berpuasa romadhon dengan penuh dengan keimanan dan penuh harapan maka diampuni dosa2nya yang telah lalu.
Menarik sekali perkataan kanjeng nabi diatas. Man shooma artinya ada saja orang yang berpuasa dengan prasyarat adanya keimanan dan pengharapan yang mafhum mukholafahnya ada juga orang yang nggak kayak gitu (tanpa keimanan atau penuh pengharapan). Jadi kalau diklasifikasi orang islam pada bulan ramadhan ada beberapa type :
- berpuasa dengan keimanan dan penuh pengharapan
- berpuasa dengan keimanan tetapi tanpa terlalu mengharapkan
- berpuasa dengan tanpa (kurang) keimanan tetapi dengan penuh pengharapan
- berpuasa dengan tanpa (kurang) keimanan dan kurang pengharapan
- tidak berpuasa tanpa udzur syar’i
dan ternyata hadits diatas hanya berbicara dengan type 1 saja. Usaha tanpa harapan besar juga sia-sia. Lalu bagaimana baiknya ? tentu saja dengan keimanan dan harapan yang besar kepada Allah.
As Sajdah (32) :15-16
15. Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang kami berikan.
Sifat takut dan roja’ terkait dengan hadits ke-4 arba’in nawawi. Seandainya kita telah berbuat baik maka hanya kepada Allah lah kita harus memuji dan berusaha untuk istiqomah dengan amalan baik. Jika kita melakukan keburukan maka yang pantas dicaci maki hanya diri kita sendiri, tetapi jangan putus asa dari rahmat Allah.
No comments:
Post a Comment