Sunday, August 23, 2009

Mengatasi Lupa

Semua orang punya kelemahan, dan kelemahan saya yang paling mendasar adalah pelupa untuk hal-hal yang detail/kecil. Seperti lupa tidak makan, lupa menaruh kunci, lupa bawa buku, lupa bawa alat tulis, lupa waktu ngirim email menggunakan account yang tidak terdaftar di milis dsb. Tetapi Alhamdulillah walaupun demikian saya belum pernah lupa keluar rumah gak pake baju.

Seminggu lalu kamar saya terkunci karena kunci tertinggal didalam kamar. Perlu dimaklumi bahwa pintu yang digunakan disini adalah pintu satu sisi, istilahnya apa ya ? Kalau orang daerah saya bilangnya pintu wese (WC), belum tentu bisa masuk –kalau ada orang didalam- tetapi kalau sudah didalam pasti bisa keluar. Masalahnya justru jika kita tekan tombol kunci kemudian pintu kita tutup, otomatis mengunci.

Saya cari kesalahannya, oh ya ternyata ada. Mungkin yang paling besar dalam pikiran saya adalah amalan saya yang tidak ikhlas dan cenderung berorientasi kepada dunia. Saya beristighfar dan berdoa semoga Allah mengampuni semua kesalahan saya. Saya yakin Allah pasti akan membukakan pintu itu jika saya tidak lagi berdosa besar. Ada kawan yang menyarankan untuk menjebol pintu atau mendatangi tukang kunci dengan bayaran RM30. Saya bertahan, pasti Allah memberi jalan. Tidak lama kemudian Pak Suman, tetangga yang menjadi TKI dan berasal dari Jawa Timur bertamu. Saya spontan tanya apakah pemilik rumah punya serep kunci ? singkat cerita Pak Suman punya teknik khusus membuka pintu. Sangat simple, hanya dalam hitungan menit, pintu digethok untuk memberikan efek kejutan. Subhanallah Allah menolong dengan caraNya sendiri. Alhamdulillah saya bisa masuk kamar.

Hari senin tanggal 20 Juli (2008) ini sewaktu akan ke kampus, kamar saya terkunci lagi. Lagi-lagi kesalahan yang sama, saya beristighfar dan minta pertolongan kepada Allah. Saya tidak mau minta tolong kepada orang lain, atau ngetuk pintunya pak Suman, walau rumahnya dekat—saya tinggal di D217 dan pak Suman di D210, Taman Tenaga. Pasti ada kesalahan besar yang lain yang saya lakukan, sepertinya masih masalah ketidak ikhlasan, ibadah yang tidak khusyu’, sebagai contoh ketika sholat kok pikirannya kemana-mana. Saya berusaha memperbaiki ibadah saya, terutama adalah ketidakkhusyu’an dalam shalat. Sehabis Isya’ saya coba lakukan seperti yang dilakukan kang Suman, ternyata gagal. Jadi masalahnya adalah pada diri saya, bukan teknis membuka pintu. Kayaknya shalat maghrib dan Isya’ saya masih belum benar nih.

Karena semua barang saya termasuk sajadah didalam kamar, saya shalat malam di surau. Di tengah jalan saya dihadang 5 ekor anjing yang menyalak sambil mendekati saya dan kelihatannya mau menggigit, sampai jaraknya kurang lebih 1,5 m, waak dosa saya besar sekali ya ? sampe 5 anjing sekaligus mau nggigit. Saya teringat kalau anjing punya pendengaran infrasonik, artinya bunyi detak jantung kita yang makin cepat akan diidentifikasi sebagai ‘salah’ sebagaimana alat lie detector bekerja (kebalik, lie detector niru cara kerja anjing). Saya teringat..alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub, maka sambil berdzikir dan berdoa saya beri isyarat supaya anjing menyingkir, karena kita sama-sama hamba Allah. Dan saya ke surau untuk beribadah kepada Allah. Allah memberi kemudahan, anjing menyingkir.

Selesai subuh ini seorang tamu mengetahui pintu saya terkunci. Dengan gaya McGyver dia ambil botol plastik bekas aqua (maksud saya aqua nya malaysia yang gak tahu mereknya), kemudian digunting dan beberapa menit kemudian pintu terbuka. Sangat simple, sama dengan pak Suman. Tidak lebih dari 2 menit. Subhanallah, sebagaimana saya sangka sebelumnya. Pasti Allah menolong dengan caraNya sendiri.

Lalu apa hubungannya dengan judul diatas ? sebagai orang statistika (lho kok di Engineering ? anggap saja salah masuk) saya terbiasa mengamati dan membuat pola-pola, modelling terhadap data. Apalagi bidang saya Time Series. Saya mencoba merekonstruksi –terlalu tinggi ya istilahnya—kapan saya lupa ? pada saat apa saya lupa ? Rumitnya orang yang pelupa biasanya lupa kapan dia lupa. Saya teringat dengan tulisan di majalah Ishlah yang memuat tulisan dengan judul “menata waktu dengan dzikir”. Saya juga teringat dengan QS 59:19. Semuanya berkorelasi, bahwa lupa (melupakan diri sendiri) sangat terkait erat dengan melupakan Allah. Maaf saya tidak sedang menafsirkan ayat, kalau ada tafsiran yang lebih tepat mohon asatidz meluruskan karena saya masih belajar alif-ba-ta’. Jadi kalau saya lupa sesuatu pastilah karena ketidak becusan saya dalam menata hati ini agar semua aktivitas diridhai Allah. Mohon selalu mengingatkan hamba yang dhaif ini. Saya juga mohon maaf jika banyak tulisan saya yang menyakitkan sehingga sepantasnyalah saya mendapat hukuman. Sepertinya itu juga pertanda bagi saya, jangan terlalu banyak nulis yang tidak-tidak. Saya diem2 dipojokan saja ya ? sambil menyelesaikan tugas dosen.

No comments:

Post a Comment