Sunday, August 23, 2009

Dunia tanpa ekspresi

Tiga anak kecil yang berlainan bangsa dan tentu saja berlainan bahasa sedang bercakap-cakap dan bermain bersama. Pertanyaannya, pake bahasa apa ya ? Jawabnya mudah tentu saja pake bahas ibunya (masing2). Makanya kalo kita pake bahasa daerah disebut pake bahasa ibu. Tetapi ada pertanyaan yang lebih dalam, mengapa mereka bisa berkomunikasi ? Mereka menggunakan bahasanya sendiri-sendiri mereka bisa memahami apa yang diinginkan oleh yang lainnya. Mereka bahkan tidak perlu belajar memahami apa yang dikatakan oleh kawannya. Tidak perlu English proficiency test dan bayar RM1050. Mereka hanya belajar membaca ekspresi kawannya untuk mengetahui, bahwa kawannya minta diambilkan bola. Membaca mimik dan gerakan tangan untuk mengetahui bahwa kawannya mengajak suit untuk menentukan giliran main.

Tahun berganti, maka sang anak akan belajar bahasa sebagai alat komunikasi utama. Tidak ada yang memungkiri bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif. Tidak pernah satu haripun diantara hari-hari kita yang kita lalui tanpa menggunakan bahasa. Kita makan diwarung, membeli sesuatu ke toko, minta tolong, bahkan mengungkapkan perasaan menggunakan bahasa. Adakah diantara kita yang pernah mencoba dalam sehari saja tanpa menggunakan bahasa ? Tetapi tahukah akibat berkomunikasi menggunakan bahasa tanpa ekspresi ?

Mungkin ada tanda baca yang membedakan suatu kalimat. Mungkin masih ada yang ingat nyanyian anak SDIT Insan Kamil, Sidoarjo yang belajar bahasa Indonesia ....

”Kini aku tahu, menulis dan membaca,

Jika kalimat memberi tahu, gunakan titik diakhir kata,

kalimat perintah, tandanya seru

kalimat tanya, tanda tanya”

tetapi, bahasa tanpa ekspresi menjadi hambar. Seperti masakan tanpa garam, kata ibu-ibu/teteh/mbak/neng/uni. Bisa terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan sesuatu yang tidak seru (.) menjadi seru (!).

Diskusi yang dimaksudkan untuk menjembantani perbedaan justru gagal membuat jembatan itu, bahkan yang terjadi adalah jarak yang makin lebar. Maksudnya sekedar bercanda, dimaknai serius bahkan dianggap melecehkan oleh pihak diseberang sana. Icon emotion di layar anda mungkin membantu anda mengungkapkan apa yang anda maksudkan, walau kadang tak sepenuhnya. Tetap saja ada yang kurang manakala kita mereduksi komunikasi kita dengan bahasa tanpa ekspresi.

Jika kita terpaksa menggunakan bahasa tanpa ekspresi, apa yang harus kita lakukan ? berhati-hati, dan berlapang dada. Kita harus memilih kata dan kalimat yang sebisa mungkin tidak bermakna ganda, sabarkan diri kita, tahan emosi sewaktu menarikan jemari kita diatas keyboard. Karena pilihan kata atau kalimat yang salah akan bermakna ’perang’ walau bukan itu yang dimaksudkan. Sebaliknya bagi yang menerima pesan harus berbaik sangka, bayangkan bahwa kawan kita diujung komputer sebelah sana sedang tersenyum memberikan kita kalimat-kalimat yang mereka rangkaikan dengan memilih yang terbaik untuk kita. Kalau ada makna yang ganda, pilihlah yang kira2 membuat kita senang. Kalaupun tidak bisa dimaknai begitu maka anggap saja kawan kita salah memilih kata sehingga susunannya menjadi kurang baik.

Jika anda menggunakan email, sedang chatting, sms atau semacamnya berarti anda sedang memasuki dunia tanpa ekspresi. Siapkan mental anda, siapkan emosi anda. Tentu saja disini tidak ada senyuman (kecuali direkam), yang ada hanyalah kata-kata, yang ada hanyalah bahasa tanpa ekspresi.

Jika pada suatu milis atau chatting ada kata-kata yang membuat kita tersinggung bagaimana ? nah ini ada tips-nya. Pertama, tarik nafas dalam-dalam, kemudian hembuskan (jangan ditahan terus ntar kebablasan) sambil merelaks-kan pikiran dengan membaca istighfar, kemudian ulangi beberapa kali. Masih marah ? rubah posisi, kalau tadi duduk sekarang berdiri atau berjalan-jalan sebentar atau say hello sama kawan disamping. Masih tersinggung ? matikan komputer atau sign out dari milis/chatting dan ambil air wudhu. Masih juga tersinggung ? langkah keempat adalah shalat 2 rakaat, karena kemarahan adalah tiupan syaithan. Masih tersinggung juga ? sebaiknya banyak beristighfar dan melakukan kontemplasi, shalat saja tidak bisa meredam marah.

Selamat menikmati dunia tanpa ekspresi.

No comments:

Post a Comment